Memberikan
Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala III

Disusun
Oleh:
Alfa
Tibone 001.0101.11
Destarina
.S. 010.01.01.11
Intan
Pratiwi 022.01.01.11
Kiki
Cahria 026.01.01.11
Lutfi
Nurjanah 031.01.01.11
Maria
Rusmini 033.01.01.11
AKADEMI
KEBIDANAN BINA HUSADA
TANGERANG
Memberikan asuhan pada ibu bersalin
kala III
A. Fisiologi kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta yang berlangsung 15-30 menit dan tidak lebih dari 30 menit baik pada
primipara maupun multipara. Setelah bayi
lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat beberapa
menitkemudisn uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas
dalam 6 menit – 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atu engan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran
darah. Komplikasi yang dapat timbul pada
kala III adalah perdarahan akibat atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan
jalan lahir, tanda gejala tali pusat.
Tempat implantasi plasenta sering pada dinding depan
dan belakang korpus uteri atau dinding lateral.
Sangat jarang terdapat pada fundus uteri. Bila terletak pada segmen bawah rahim / SBR ,
keadaan ini disebut plasenta previa.
Tempat implantasi mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum uteri
dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan
pengumpulan darah pada ruang utero plasenter akan mendorong plasenta ke
luar.
Otot uterus (miometrium) berkontraksi
mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutuan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.
Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas
dari dinding rahim, setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus
atau ke dalam vagina.
1. Mekanisme
pelepasan plasenta
Tanda
tanda lepasnya palsenta mencakup beberapa atau semua hal hal perubahan bentuk
dan tinggi fundus, dimana setelah bayi lahir dari sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah
pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear
atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
Tali
pusat memanjang, dimana tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva,
semburan darah tiba tiba, dimana darah terkumpul dibelakang plasenta akan
membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah dalam ruang diantara
dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka
darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang keluar.
2. Pengawasan perdarahan
a. Selama hamil aliran
darah ke uterus 500-800 ml/menit
b.
Uterus tidak berkontraksi dapat menyebabakan kehilanagan darah sebanyak 350-500
ml.
B. Manejemen aktif kala III
Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah
untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala
tiga persalinan jika dibandingkan dengan penetalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian
ibu di Indonesia disebabkan oleh atonia uteri dan resensio plasenta yang
sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala III.
1) Keuntungan-keuntungan
manajemen aktif kala tiga :
a) Mengupayakan
kontraksi yang adekuat dari uterus dan mempersingkat waktu kala III
b) Mengurangi
jumlah kehilangan darah
c) Menurunkan
angka kejadian retensio plasenta
2) Tiga
langkah utama menejemen aktif kala III
a) Pemberian
oksitosin sesegera mungkin
b) Melakukan
penegangan tali pusat terkendali (PTT)
c) Rangsangan
taktil pada dinding uterus atau fundus uteri
3) Penegangan
tali pusat terkendali
Berdiri
disamping ibu, pindahkan jepitan (klem) semula tali pusat ke titik 5-20 cm dari
vulva dan pegang klem penjepit tersebut, letakkan telapak tangan ( alas dengan
kain) yang lain, pada segmen bawah rahim atau dinding uterus disuprasimpisis,
pada saat terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat sambil tekan uterus ke
dorsokranial, ulangi kembali perasat ini bila plasenta belum dapat dilahirkan.
Hal
yang perlu diperhatikan adalah bila setelah 15 menit berlalu ternyata plasenta
belum lahir, berikan oksitosin 10 iu, dosis kedua, kosongkan kandung kemih bila
penuh, lakukan PTT ulangan, bila waktu 30 menit telah terlampui (jangan mencoba
cara lain untuk melahirkan plasenta walaupun tidak terjadi perdarahan) segera
rujuk bila ibu ke fasilitas rujukan.
Rangsangan taktil pada dinding uterus : minta ibu untuk melakukan
telapak tangannnya pada dinding uterus, instruksikan untuk mengusap dinding
uterus dengan gerakan sirkuler, beritahukan bahwa mungkin timbul rasa kencang
atau tidak nyaman, uterus yang mengencang menunjukan respon adekuat terhadap
rangsangan, teruskan rangsangan taktil bila uterus masih belum berkontraksi
(depkes RI 2007).
Tindakan
yang keliru dalam pelaksanaan manajemen aktif kala III :
a. Melakukan
masase fundus uteri pada saat plasenta belum lahir.
b. Mengeluarkan
plasenta, padahal plasenta belum semuanaya lepas.
c. Kurang
kompenten dalam mengevaluasi pelepasan plasenta.
d. Rutinitas
kateterisasi.
e. Tidak
sabar menunggu saat terlepasanya plasenta.
Kesalahan tindakan
manajemen aktif pada kala III :
a.
Terjadi inversio uteri. Pada saat melakukan penegangan tali pusat
terkendali terlalu kuat sehingga uterus tertarik keluar dan berbalik.
b.
Tali pusat terputus. Terlalu kuat dalam penarikan tali pusat
sedangkan plasenta belum lepas.
c.
Syok
C.
Pemeriksaan
plasenta, selaput ketuban dan tali pusat
sambil tangan kiri melakukan massase pada
fundus uteri, periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir
lengkap, dan masukkan kedalam kantong plastic yang tersedia.
D.
Pemanatauan
: kontraksi, robekan jalan lahir dan perineum, tanda vital, dan personal
hygiene.
Memeriksa
apakah ada robekan pada introitus vagina dan perineum yang menimbulkan
perdarahan aktif. Bila da robekan yang
menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan laserasi. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda
adanya perdarahan pervaginam , pastikan kontraksi uterus baik.
Lanjutkan
pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan pervaginam dan tanda
vital ibu: 2-3 kali dalam 10 menit pertama, setiap lima belas menit pada satu
jam pertama, setiap 20-30 menit pada jam kedua, pastikan kontraksi uterus, bila
kontraksi uterus tidak baik, lakukan masase uterus dan berikan metal ergometrin
0,2 mg intramuscular.
Mengajarkan ibu / keluarga untuk
memeriksa/merasakan uterus yang memiliki kontraksi baik dan mengajarkan
melakukan cara massase uterus apabila kontraksi uterus tidak baik.
Mengevaluasi jumlah perdarahan yang
terjadi kenungkinan memeriksa tekanan darah dan nadi ibu, kandung kemih setiap
15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pasca persalinan.
Perdarahan pada atonia uteri : ujung
pembuluh darah di tempat implantasi akan terbuka sesaat setelah plasenta
dilepaskan, sekitar 300-500 ml darah per menit akan keluar melalui ujung
pembuluh darah tsb, penghentian perdarahan dari bekas tempat implantasi
plasenta hanya dapat terjadi jika anyaman miometrium menjepit pembuluh darah
yang berjalan diantara anyaman tersebut, atonia atau hipotonia membuat
mekanisme penjepitan tersebut gagal berfungsi.
Atonia uteri berkaitan dengan :
kapasitas uterus jauh lebih besar dan normal (polihidramnion, hamil kembar,
makrosomia,). Kala I atau II yang
memanjang, partus presipitatus, induksi atau akselerasi persalinan, infeksi
intrapartum, grade multipara, penggunaan tokolitik (misalnya : mgso4 atau
narkose (misalnya : ether).
E. Kebutuhan ibu pada kala III
Penatalaksanaan aktif kala III bagi
semua ibu melahirkan yaitu :
Pemberian
oksitosin, penegangan tali pusat, masase uterus setelah segera lahir agar tetap
kontraksi. Pemberian rutin, plasenta dan
selaput ketubanya, pemeriksaan pada vagina dan perineum untuk mengetahui adanya
laserasi dan luka, pemberian hidrasi pada ibu, pencegahan infeksi, dan menjaga
privasi.
F.
Pendokumentasian
Kala III
Hal- hal yang perlu di catat selama kala III
sebagai berikut :
1. Lama
kala III
2. Pemberian
oksitosin berapa kali.
3. Bagaimana
pelaksanaan penegangan tali pusat terkendali.
4. Perdarahan
5. Kontraksi
uterus
6. Adakah
laserasi jalan lahir
7. Vital
sign ibu.
8. Keadaan
bayi baru lahir.
Contoh
pendokumentasian dengan SOAP :
Tanggal 19 oktober 2009 pukul 08.10 WIB
Subjektif :
Ibu merasa senang dengan kelahiran
putranya, ibu merasakan mules kembali, ibu
terlihat sedikit lelah namun ibu senang.
Objektif :
Keadaan Umum Ibu : tinggi
fundus uteri setinggi pusat , globuler dank eras serta tidak ada bayi kedua.
Assesment
:
Diagnosa
: ibu P2A0 kala III, Normal
Planning
:
Memberitahu
ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu dan bayinya dalam keadaan baik,
plasenta belum lahir dan bidan akan membantu untuk melahirkannya. Ibu mengerti dan telah menetahui keadaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ai yeyeh, dkk (2009). Asuhan
Kebidanan II (Persalinan). Jakarta:
Trans info Media
Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi.
2008. Asuhan Persalinan Normal.
Yogyakarta: Fitramaya
Sumarah, dkk. Perawatan
Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar