Kamis, 14 November 2013

Memberikan Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala III

Memberikan Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala III

Disusun Oleh:

          Alfa Tibone                  001.0101.11
Destarina .S.                 010.01.01.11
Intan Pratiwi                022.01.01.11
Kiki Cahria                   026.01.01.11
Lutfi Nurjanah             031.01.01.11
Maria Rusmini   033.01.01.11


AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA
TANGERANG
2012

Memberikan asuhan pada ibu bersalin kala III
A.    Fisiologi kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung 15-30 menit dan tidak lebih dari 30 menit baik pada primipara maupun multipara.  Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat beberapa menitkemudisn uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.  Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit – 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atu engan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah.  Komplikasi yang dapat timbul pada kala III adalah perdarahan akibat atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali pusat. 
Tempat implantasi plasenta sering pada dinding depan dan belakang korpus uteri atau dinding lateral.  Sangat jarang terdapat pada fundus uteri.  Bila terletak pada segmen bawah rahim / SBR , keadaan ini disebut plasenta previa.  Tempat implantasi mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang utero plasenter akan mendorong plasenta ke luar. 
Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.  Penyusutuan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.  Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding rahim, setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.

1.      Mekanisme pelepasan plasenta
Tanda tanda lepasnya palsenta mencakup beberapa atau semua hal hal perubahan bentuk dan tinggi fundus, dimana setelah bayi lahir dari sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat.  Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat. 
Tali pusat memanjang, dimana tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva, semburan darah tiba tiba, dimana darah terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi.  Apabila kumpulan darah dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang keluar. 
2.  Pengawasan perdarahan
a. Selama hamil aliran darah ke uterus 500-800 ml/menit
b. Uterus tidak berkontraksi dapat menyebabakan kehilanagan darah sebanyak 350-500 ml.
B. Manejemen aktif kala III
Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penetalaksanaan fisiologis.  Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh atonia uteri dan resensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala III.
1)      Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga :
a)      Mengupayakan kontraksi yang adekuat dari uterus dan mempersingkat waktu kala III
b)      Mengurangi jumlah kehilangan darah
c)      Menurunkan angka kejadian retensio plasenta
2)      Tiga langkah utama menejemen aktif kala III
a)      Pemberian oksitosin sesegera mungkin
b)      Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
c)      Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri
3)      Penegangan tali pusat terkendali
Berdiri disamping ibu, pindahkan jepitan (klem) semula tali pusat ke titik 5-20 cm dari vulva dan pegang klem penjepit tersebut, letakkan telapak tangan ( alas dengan kain) yang lain, pada segmen bawah rahim atau dinding uterus disuprasimpisis, pada saat terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat sambil tekan uterus ke dorsokranial, ulangi kembali perasat ini bila plasenta belum dapat dilahirkan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah bila setelah 15 menit berlalu ternyata plasenta belum lahir, berikan oksitosin 10 iu, dosis kedua, kosongkan kandung kemih bila penuh, lakukan PTT ulangan, bila waktu 30 menit telah terlampui (jangan mencoba cara lain untuk melahirkan plasenta walaupun tidak terjadi perdarahan) segera rujuk bila ibu ke fasilitas rujukan.  Rangsangan taktil pada dinding uterus : minta ibu untuk melakukan telapak tangannnya pada dinding uterus, instruksikan untuk mengusap dinding uterus dengan gerakan sirkuler, beritahukan bahwa mungkin timbul rasa kencang atau tidak nyaman, uterus yang mengencang menunjukan respon adekuat terhadap rangsangan, teruskan rangsangan taktil bila uterus masih belum berkontraksi (depkes RI 2007).
Tindakan yang keliru dalam pelaksanaan manajemen aktif kala III :
a.       Melakukan masase fundus uteri pada saat plasenta belum lahir.
b.      Mengeluarkan plasenta, padahal plasenta belum semuanaya lepas.
c.       Kurang kompenten dalam mengevaluasi pelepasan plasenta.
d.      Rutinitas kateterisasi.
e.       Tidak sabar menunggu saat terlepasanya plasenta.
Kesalahan tindakan manajemen aktif pada kala III :
a.    Terjadi inversio uteri.  Pada saat melakukan penegangan tali pusat terkendali terlalu kuat sehingga uterus tertarik keluar dan berbalik.
b.   Tali pusat terputus.  Terlalu kuat dalam penarikan tali pusat sedangkan plasenta belum lepas.
c.    Syok
C.    Pemeriksaan plasenta, selaput ketuban dan tali pusat
 sambil tangan kiri melakukan massase pada fundus uteri, periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukkan kedalam kantong plastic yang tersedia. 
D.    Pemanatauan : kontraksi, robekan jalan lahir dan perineum, tanda vital, dan personal hygiene.
Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perineum yang menimbulkan perdarahan aktif.  Bila da robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan laserasi.  Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan pervaginam , pastikan kontraksi uterus baik.
Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan pervaginam dan tanda vital ibu: 2-3 kali dalam 10 menit pertama, setiap lima belas menit pada satu jam pertama, setiap 20-30 menit pada jam kedua, pastikan kontraksi uterus, bila kontraksi uterus tidak baik, lakukan masase uterus dan berikan metal ergometrin 0,2 mg intramuscular.
Mengajarkan ibu / keluarga untuk memeriksa/merasakan uterus yang memiliki kontraksi baik dan mengajarkan melakukan cara massase uterus apabila kontraksi uterus tidak baik.
Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi kenungkinan memeriksa tekanan darah dan nadi ibu, kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
Perdarahan pada atonia uteri : ujung pembuluh darah di tempat implantasi akan terbuka sesaat setelah plasenta dilepaskan, sekitar 300-500 ml darah per menit akan keluar melalui ujung pembuluh darah tsb, penghentian perdarahan dari bekas tempat implantasi plasenta hanya dapat terjadi jika anyaman miometrium menjepit pembuluh darah yang berjalan diantara anyaman tersebut, atonia atau hipotonia membuat mekanisme penjepitan tersebut gagal berfungsi.
Atonia uteri berkaitan dengan : kapasitas uterus jauh lebih besar dan normal (polihidramnion, hamil kembar, makrosomia,).  Kala I atau II yang memanjang, partus presipitatus, induksi atau akselerasi persalinan, infeksi intrapartum, grade multipara, penggunaan tokolitik (misalnya : mgso4 atau narkose (misalnya : ether).
            E.  Kebutuhan ibu pada kala III
Penatalaksanaan aktif kala III bagi semua ibu melahirkan yaitu :
Pemberian oksitosin, penegangan tali pusat, masase uterus setelah segera lahir agar tetap kontraksi.  Pemberian rutin, plasenta dan selaput ketubanya, pemeriksaan pada vagina dan perineum untuk mengetahui adanya laserasi dan luka, pemberian hidrasi pada ibu, pencegahan infeksi, dan menjaga privasi.
F.     Pendokumentasian Kala III
 Hal- hal yang perlu di catat selama kala III sebagai berikut :
1.      Lama kala III
2.      Pemberian oksitosin berapa kali.
3.      Bagaimana pelaksanaan penegangan tali pusat terkendali.
4.      Perdarahan
5.      Kontraksi uterus
6.      Adakah laserasi jalan lahir
7.      Vital sign ibu.
8.      Keadaan bayi baru lahir.
Contoh pendokumentasian dengan SOAP :
 Tanggal 19 oktober 2009                            pukul 08.10 WIB
                Subjektif :
           Ibu merasa senang dengan kelahiran putranya, ibu merasakan mules kembali, ibu   terlihat sedikit lelah namun ibu senang.
               Objektif :
                      Keadaan Umum Ibu : tinggi fundus uteri setinggi pusat , globuler dank eras serta tidak ada bayi kedua.
Assesment :
Diagnosa : ibu P2A0 kala III, Normal
Planning :
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu dan bayinya dalam keadaan baik, plasenta belum lahir dan bidan akan membantu untuk melahirkannya.  Ibu mengerti dan telah menetahui keadaannya.





DAFTAR PUSTAKA
Ai yeyeh, dkk (2009).  Asuhan Kebidanan II (Persalinan).  Jakarta: Trans info Media
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi.  2008.  Asuhan Persalinan Normal.  Yogyakarta: Fitramaya
Sumarah, dkk.  Perawatan Ibu Bersalin.  Yogyakarta: Fitramaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar